Buku Tamu



Anda adalah pengunjung ke
View My Stats

Silakan isi
  • Buku Tamu Saya
  • Lihat Buku Tamu




  • Jika anda meninggalkan pesan atau mengajukan pertanyaan yang memerlukan respon,
    respon saya dapat anda baca di
  • Comment




  • Google

    Daftar Isi

  • KESULITAN BELAJAR DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN
  • REORIENTASI PENDIDIKAN KHUSUS/PLB (SPECIAL EDUCATION) KE PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS (SPECIAL NEEDS EDUCATION) USAHA MENCAPAI PENDIDIKAN UNTUK SEMUA
  • Program Master Pendidikan Kebutuhan Khusus SPS
  • MENJANGKAU ANAK-ANAK YANG TERABAIKAN MELALUI PENDEKATAN INKLUSIF DALAM PENDIDIKAN
  • PEMBELAJARAN ANAK BERBAKAT
  • VYGOTSKY IN THE CLASSROOM: MEDIATED LETERACY INTRUCTION AND INTERVENTION
  • SUBJECTIVE PERCEPTIONS OF STRESS & COPING BY MOTHERS OF CHILDREN WITH INTELLECTUAL DISABILITY A NEEDS ASSESSMENT
  • Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya
  • Pendidikan Inklusif Ketika Hanya Ada Sedikit Sumber
  • Orientasi Ulang Pendidikan Tunagrahita dari Pendekatan Formal ke Pendekatan Fungsional
  • Definisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi
  • Landasan Filosofis Konseling Rehabilitasi
  • Pertimbangan-pertimbangan dalam Intervensi Konseling Rehabilitasi: Faktor Personal
  • Pertimbangan-pertimbangan dalam Intervensi Konseling Rehabilitasi: Faktor Lingkungan
  • Pertimbangan-pertimbangan dalam Intervensi Konseling Rehabilitasi: Hakikat Kecacatan
  • Bahasa dan Ketunagrahitaan
  • Pernyataan Salamanca
  • HAMBATAN BELAJAR DAN HAMBATAN PERKEMBANGAN PADA ANAK-ANAK TUNAGRAHITA
  • SUBJECTIVE PERCEPTIONS OF STRESS & COPING BY MOTHERS OF CHILDREN WITH INTELLECTUAL DISABILITY A NEED ASSESSMENT
  • HAMBATAN BELAJAR DAN HAMBATAN PERKEMBANGAN PADA ANAK YANG MENGALAMI KEHILANGAN FUNGSI PENDENGARAN
  • MEMAHAMI PERKEMBANGAN,HAMBATAN PERKEMBANGAN DAN HAMBATAN BELAJAR PADA ANAK
  • Orientasi Pendidikan Kebutuhan Khusus
  • PEMAHAMAN KONSEP PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS DAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
  • THE EFFECTS OF PRECISION TEACHING TECHNIQUES AND FUNTIONAL COMMUNICATION TRAINING ON BEHAVIOR PROBLEM FOR 12-YEAR OLD MALE WITH AUTISM
  • Daftar Cek Perkembangan Bahasa Anak Tunagrahita
  • Perkembangan Kognitif Anak Tunagrahita Menurut Teori Piaget
  • Program Master Pendidikan Kebutuhan Khusus
  • Pengajaran Bahasa Bagi Anak Tunagrahita
  • MODEL PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA MELALUI PENDEKATAN KONSELING




  • Jumat, 22 Mei 2009

    VYGOTSKY IN THE CLASSROOM: MEDIATED LETERACY INTRUCTION AND INTERVENTION

    Ditulis Oleh : Lisabeth Dixon-Krauss
    Disarikan Oleh : Zaenal Alimin


    A. Pendahuluan

    Buku yang dilaporkan ini berjudul Vygotsky in The Classroom Mediated Literacy, Intruction And Assessment, yang ditulis oleh Lisbeth Dixon-Krauss, dan diterbitkan oleh Longman Group Ltd, London, diterbitkan tahun 1996. Alasan mengapa buku ini dijadikan laporan dalam tugas studi individual, karena ada konsep yang sangat menarik untuk dikaji berkenaan dengan konsep Zone of Proximal Development dan konsep Mediated Learning yang merupakan teori original dari seorang ilmuwan dalam psikologi dan sastrawan, berkebangsaan Rusia yang lahir pada tahun 1896 dan meninggal dunia pada tahun 1934.
    Vygotsky seorang ilmuwan yang sangat cerdas yang telah melahirkan ratusan artikel hasil penelitian dalam bahasa Rusia. Gagasan-gasan Vygotksy yang sangat original, baru dikenal di Dunia Barat sekitar tahun 1962, ketika buku hasil karya yang terahir berjudul Thought and language diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Sejek itulah Vygotsky dikenal di Dunia Barat dan pikiran-pikirannya mempengaruhi para ilmuwan psikologi dan pendidikan dalam memahami perkembangan anak.
    Vygotsky adalah salah seorang tokoh dari tiga tokoh lainnya dalam bidang psikologi, yaitu Piaget dan Brunner yang mengilhami dan memberi konstribusi sangat besar terhadap pembentukan teori konstuktivisme yang saat ini dipandang sebagai teori belajar yang paling modern dan banyak dianut oleh para ilmuwan dalam bidang psikologi dan para pakar pendidikan di seluruh dunia. Konsep yang sangat menaraik yang dirumuskan Vygotsky adalah tentang Zone of proximal development.
    Zone of Proximal Development yang dimaksud oleh Vygotsky adalah jarak antara kompetensi orang dewasa dengan posisi perkembangan aktual yang sudah dicapai oleh seorang anak. Proses belajar adalah proses mendekatkan jarak antara kompetensi orang dewasa dengan perkembangan aktual anak, dan jika jarak antara kedunya semakin dekat, itu berarti telah terjadi perkembangan. Pada zone inilah sesungguhnya proses belajar itu terjadi pada diri seorang anak, dan perkembangan dipandang sebagai hasil belajar.
    Sementara itu mediated learning adalah interaksi antara anak dengan orang dewasa yang terjadi pada daerah zone of proximal development. Oleh karena itu esensi proses belajar menurut persektif ini, adalah interaksi dan komunikasi antara anak dengan orang dewasa. Keberhasilan belajar pada anak-anak akan sangat tergantung pada intensitas interaksi dan komunikasi itu.
    Buku ini memberikan inspirasi kepada penulis dalam merumuskan konsep pembelajaran bagi anak tunagrahita digabungkan dengan konsep yang dikembangkan dalam konseling perkembangan. Pemikiran Vygotsky yang ditulis oleh Lisbeth Dixon-Krauss, merupakan refernsi penting dalam penulisan disertasi tentang model pembelajaran berbasis konseling pada anak tunagrahita.

    B. Resume Isi Buku

    Isi buku ini secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama membahas tentang Classroom Instruction dan bagian kedua membahas tentang Classrom Assessment. Pada bagian pertama dijelaskan tentang ide pokok teori Vygotsky dikaitkan dengan pembelajaran bahasa. Di sini dijelaskan tentang model mediasi atau dapat disebut juga mediated learning dalam pembelajaran yang perlu dilakukan oleh para guru untuk membantu anak mencapai perkembangan lebih lanjut. Pada setiap bab disajikan contoh-contoh nyata tentang pembelajaran yang mengimplementasikan ide-ide Vygotsky.
    Pada bagian kedua dijelaskan tentang ide-ide Vygotsky dalam melam melakukan asesmen. Menurut Vygotsky, asesmen yang dilakukan oleh guru harus bersifat dinamik (dynamic assessment), yaitu dilakukan pada saat anak sedang mengikuti proses pembelajaran. Asesmen dinamik digunakan untuk menjelaskan keragaman perkembangan dan potensi setiap anak untuk menjamin perkembangan selanjutnya.
    Pada bagian dua ini dijelaskan tentang isu-isu mutahir dalam asesmen pembelajaran seperti penggunaan portofolio, inkusivitas keragman budaya setiap anak, dan mempertimbangkan anak-anak yang memiliki resiko mengalami hambatan belajar serta penggunaan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan proses kognitif dan proses sosial dalam perkembangan anak.

    1. Resume Bagian Pertama
    Vygotsky dalam mempelajari perkembangan intelektual anak menggunakan apa yang disebut dengan Instrumental Method. Selajutnya dijelaskan bahwa metode ini memfokuskan kepada keaktipan anak dalam menggunakan bahasa. Instrumental Method yang dikembangkan oleh Vygotsky mencakup dua ide penting tentang bahasa dan belajar: (1) Bagaimana anak belajar menggunakan sistem tanda (sign sytem), mengunakan bahasa pertama sebagai alat secara psikologis (psychological tools) untuk berkomunikasi atau berbagi dalam memahami makna budaya (cultural meaning). (2) Bagaimana menggunakan tanda-tanda yang terdapat pada budaya seperti, bahasa, afeksi dalam belajar dan perkembangan kognitif.
    Bagi Vygotsky, tatanan yang paling cocok untuk mempelajari bagaimana pikiran anak berkembang, adalah sekolah dan kelas dalam konsteks pembelajaran. Bab I buku ini memulai dengan contoh tentang ide utama vygotsky tentang sociohistorical theory dalam perkembangan kognitif yang dihubungkan dengan pembelajaran. Ide ini kemudian dikaitkan dengan tiga gerakan mutahkir di Dunia Barat tentang belajar dan pembelajaran, terutama dalam pembelajaran bahasa, yaitu (1) Constructivism (2) Emergent literacy (3) Whole language.
    Pada bab 2 dan 3 model mediasi dalam pembelajaran bahasa digunakan sebagai pedoman untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran dari perspektif Vygotsky. Pada bab 3, dijelaskan tentang bagaimana belajar konsep sistematik secara lebih abstrak, yang oleh Vygotsky disebut sebagai scientific conscept, untuk mengembangkan kesadaran anak dalam mengontrol cara berpikir mereka.
    Pada bab 4, 5 dan 6 membahas secara spesifik tentang ide Vygotsky yang telah diterapkan di kelas-kelas Sekolah Dasar. Ada contoh pada bab 4 yang menggambarkan tentang pembelajaran bahasa yang fokus pada hubungan interaski sosial dimana anak menggunakan bahasa secara oral dan menggunakan bahan cetak untuk mengembangkan kecakapan berpikir. Pada bab 5, mendiskusikan bagaimana konsteks sosial anak kolaborasi dengan kelompok sebaya dalam aktivitas belajar dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan afektif. Pada bab 6, didiskusikan tentang bagaimana guru dapat mengintegrasikan hasil observasi tentang anak dengan hasil analisis tentang tulisan yang dibuat anak untuk mengetahui perkembangan mental. Pada bab ini juga dibahas tentang pembelajaran di kelas yang berpusat pada siswa.
    Kesimpulan akhir dari bagian pertama buku ini adalah bahwa gagasan Vygotsky tentang berpikir anak selalu berkaitan dengan konsteks sosial dan budaya dimana anak itu berada. Cara penggunaan bahasa dalam aktivitas pembelajaran sangat mempengaruhi perkembangan berpikir anak. Oleh karaena itu pembelajaran pada anak harus selalau terkait dengan konstek sosial anak yang bersangkutan. Pembelajaran tidak boleh lepas dari konstek sosial budaya dari anak yang bersangkutan.

    2. Resume Bagian Kedua
    Pada bagian dua dibahas tentang classroom assessment, yang didasarkan pada konsep zone of proximal development, sebagai respon terhadap praktek pendidikan yang menggunakan tes IQ dalam mengukur potensi seorang siswa untuk belajar. Menurut Vygotsky, hampir semua penelitian yang berkenaan dengan pembelajaran di sekolah, mengukur tahap perkembangan mental anak dengan cara memecahkan soal-soal tes standar.
    Soal-soal yang dapat dipecahkan/dijawab oleh anak dalam tes seperti ini mengiindikasikan tahap perkembangan mental pada waktu tertentu. Dan cara seperti ini, hanya dapat mengukur dan mengetahui sebagian kecil perkembangan anak. Artinya tidak menggambarkan keseluruhan apa yang terjadi pada diri anak. Vygotsky menjelaskan bahwa tes standar yang mengukur kemampuan siswa , hanya mengukur perkembangan aktual atau mengukur apa yang telah dipelajarai/diketahui. Cara seperti ini oleh Vygotsky disebut static assessment.
    Vygotsky meyakini bahwa asesmen dalam pendidikan seharusnya juga mengetahui perkembangan potenial anak, atau yang terjadi dalam proses belajar. Perkembangan potensial berada pada daerah yang oleh Vygotsky disbut zone of proximal development., yang meliputi kesenjangan antara perkembangan aktual anak dengan level tertringgi yang mungkin dapat dicapai, manakala anak mendapat dukungan dan bantuan ketika berkolaborasi dengan orang dewasa. Untuk mengetahui perkembangan potensial anak pada zone of proximal development, hanya dapat dilakukan dengan menggunakan dynamic assesment, yaitu mengetahui unjuk kerja anak pada saat berkolaborasi dengan orang dewasa. Dengan kata lain anak dapat melakukan sesuatu tugas yang lebih tingi dari level perkembangan aktualnya, jika mendapat bantuan dari orang dewasa.
    Asesmen dinamik dan ide Vygotsky tentang Zone of proximal development fokus pada interaksi sosial sebagai kunci untuk belajar. Belajar melalui interaksi sosial adalah belajar yang sesunguhnya. Sebagai contoh, belajar bahasa atau membaca tidak akan dapat dilakukan sendirian, karena belajar itu berari dari dan dengan orang lain. Asesmen dinamik membekali guru dengan informasi yang lebih lengkap dan metoda analisis yang berbeda dari asesmen statik.
    Bagian dua buku ini menelaah ide-ide dan isu-isu penting berkenaan dengan asesmen dinamik, dimana guru secara terusmenerus memecahkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran dan membuat keputusan dengan menganalisis bagaimana ia mengajar dan bagaimana siswa belajar
    a. Asesmen Sebagai Proses Bekelanjutan
    Dalam asesmen dinamik, varaiabel waktu menjadi sangat penting, karena dalam melihat perkembangan intelektual, harus menggambarakan keadaan anak pada masa lalu, saat ini dan prediksi ke depan. Tidak mungkin perkembangan hanya dilihat saat ini saja. Vygotsky menggunakan istilah fossilized dan ripe ketika menjelaskan asessmen statik yang menggunakan tes standar.
    Tes macam standar menurut Vygotsky hanya menghasilkan informasi tentang apa yang sudah dipelajari anak pada masa lalu. Sebaliknya, Vygotsky menggunakan istilah emerging dan ripening untuk menggambarkan bagaimana asesmen dinamik membantu anak memunculkan potensi perkembangan ketika mendapat bantuan dari orang deasa. Hasil asesmen dinamik menginformasikan apa yang sendang dipelajari anak saat ini dan mengantisipasi apa yang akan dapat dilakukan oleh anak pada waktu yang akan datang. Asesmen yang dapat mengungkap keadan anak pada waktu yang lalu, saat ini dan prediksi perkembangan pada waktu yang akan datang sangat penting untuk guru kelas.
    b. Asesmen sebagai Proses Inklusif
    Tema lain dalam ide Vygotsky tentang zone of proximal development adalah variabel inklusivitas. Dijelaskan bahwa asesmen harus mencakup dua elemen: (1) Siswa harus terlibat pada tugas-tugas yang lebih sukar dari level perkembangannya (2) Unjuk kerja siswa dalam mengerjakan tugas-tugas harus difasilitasi oleh orang dewasa atau orang yang punya kapabiltas. Di dalam asesmen dinamik, analisis harus mengintegrasikan dua aspek yaitu tingkat kesukaran tugas yang dikerjakan anak dan kontek sosial tentang kemampuan anak dalam belajar dan bagaimana pembelajaran memaksimalkan perkembangan.
    1. Tingkat Kesulitan Tugas untuk Anak
    Tingkat kesulitan dari tugas-tugas (contoh dalam hal membaca) adalah isu penting dalam pembelajaran. Asesmen yang sangat populer untuk menentukan kecakapan anak dalam membaca dengan teks yang dibaca adalah IRI (Informal Reading Inventory). Keuntungan dari IRI dibandingkan dengan tes standar lainnya adalah bahwa IRI mengukur kemampuan anak dalam membaca, sambil anak terlibat dalam aktivitas membaca.
    Dengan IRI, guru dapat mengetahui pada level mana perkembangan kemampuan anak dalam membaca. Oleh karena itu guru bisa menentukan tugas mana yang dianggap lebih sukar bagi anak. Namun demikian IRI mengabaikan aspek konteks sosial dalam belajar (membaca), karena IRI bersifat asesmen statis. Oleh sebab itu, agar asesmen mengarah ke asesmen dinamik, harus mempertimbangkan aspek kontek sosial dan meningkatkan tingkat kesulitan tugas dua atau tiga tiga level di atas kemampuan aktual anak.
    2. Kontek Sosial
    Kontek sosial berkenaan dengan performen yang dapat dilakukan anak dengan bantuan adalah isi penting dalam pembelajaran. Asesmen dinamik memberikan informasi yang lengkap tentang anak perkembangan daripada asesmen statik. Asesmen statik mengukur sebagus apa seorang anak dapat melaukan tugas, atau sejelek apa anak melakukan tugas-tugas ketika belajar. Informasi seperti ini secara trasisional digunakan untuk mensortir siswa ke dalam kelompok (siapa yang menunjukan kinerja baik, siapa yang rata-rata, dan siapa yang gagal).
    Sebaliknya, asesmen dinamik menyediakan informasi tentang bantuan apa yang perlu diberikan kepada siswa dalam mengerjakan tugas. Informasi seperti itu memungkinkan guru merancang dan menyesuaikan kelas kepada latar belakang anak yang berbeda-beda, sehingga semua anak bisa terlibat di dalmnya.
    Analisis tentang konteks sosial mencakup dua hal yaitu jumlah dan kualitas bantauan yang disediakan bagi anak. Jumlah bantuan merentang dari bantuan yang langsung ke bantuan tidak langsung. Sebagai contoh, jika anak diberi tugas untuk membaca tek yang sangat sukar maka bantuan langsung akan lebih banyak diberikan, tetapi apabila tugas yang diberikan tidak terlau sukar maka bantuan bearsifat tidak langsung lebih banyak diberikan. Guru dapat menentukan bagaimana menyesuaikan bantuan kepada anak dapat dilakukan dengan mengobservasi dan menganalisis interaksi sosial ketika anak mengerjakan tugas.
    Penyesuaian kualitas bantuan memungkinkan bagi guru dalam melakukan pembelajaran memperhatikan laterbelakang budaya dan etnik. Sebagai contoh, anak yang di rumahnya terbiasa saling membantau dan bekerja sama dengan sodara-sodaranya, akan sangat menguntungkan apabila bantuan yang diberikan kepadanya bersifat kolaboratif.
    Pada bagian dua buku ini memberikan penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana melakukan dan menganalisis informasi yang diperoleh dari asesmen dinamik. Pada setiap bab, merefleksikan perspektif Vygoskian bahwa asesmen adalah proses yang bersifat berkelanjutan termasuk didalamnya mengandung aspek kontek sosial dari belajar dan pembelajaran. Dari persektif ini pengarang buku ini menyatakan beberapa isu dan masalah pembelajaraan didalam kontek asesmen dinamik.
    Pada bab 8 misalnya, penulis buku ini menjelaskan tentang kelas yang siswa siswanya itu beragam, datang dari latar belakang budaya yang berbeda-beda. Penulis buku ini menggambarkan bagaimana guru seharusnya bertindak untuk mengembangkan sikap positip yang dapat diterima oleh budaya etnik yang beragam dan melaksanakan pembelajaran yang merefleksikan nilai-nilai budaya yang beragam itu.
    Pada bab 9 dibicarakan tentang isu-isu asesmen dinamik berkenaan dengan anak-anak yang beresiko mengalami hambatan perkembangan. Pada bab ini ada penjelasan tentang bagaimana cara mengintegrasikan asesmen dalam pembelajaran, dimana guru menlakukan penyesuaian kualitas bantauan terhadap kebutuhan setiap anak.
    Pada bab 10, didiskusikan tentang bagaimana menggunakan asesmen dengan portofolio. Dijelaskan lebih lanjut bagaimana portofolio lebih dari sekedar kemasan untuk menyimpan tugas-tugas yang dikerjakan anak. Pada bab ini juga dijelaskan tentang portofolio yang digunakan untuk meng-ases kesadaran metakognitif.
    Pada bagian akhir buku ini dijelaskan tentang ide Vygotsky tentang bagaimana menggunakan cultural sign mempengaruhi belajar, ketika teknologi dipandang sebagai psychological tool yang akan digunakan di dalam kelas. Dijelaskan tentang bagaimana teknologi dapat menjadi psychological tool yang menjembatani berpikir dan belajar pada anak.

    :)

    Anda ingin mencari artikel lain? Silakan isi formulir pencarian di bawah ini. :)
    Google
  • Kembali ke Halaman Depan