Pertimbangan-pertimbangan dalam Intervensi Konseling Rehabilitasi: Faktor Personal
Masing-masing orang adalah individu yang unik dengan minat, nilai-nilai, dan pengalaman yang berbeda-beda. Kecacatan yang diperolehnya tidak mengubah keunikan ini, dan kecacatannya itu tidak juga menjadi satu-satunya karakteristik yang membedakannya dari individu-individu lain; kecacatan hanya menjadi satu atribut tambahan baginya. Oleh karenanya, kita harus sangat berhati-hati dalam menggeneralisasikan orang berdasarkan kecacatannya. Akan tetapi, mungkin terdapat kesamaan pengalaman di kalangan para penyandang cacat pada umumnya, dan mungkin juga terdapat kesamaan pengalaman di kalangan individu yang menyandang kategori kecacatan yang sama (fisik, sensori, kognitif). Kesamaan pengalaman tersebut dapat dipergunakan sebagai dasar bagi konselor rehabilitasi untuk melakukan intervensi. Makalah ini mendeskripsikan pertimbangan-pertimbangan dalam intervensi konseling berdasarkan factor-faktor yang terkait dengan individu, lingkungannya, dan hakikat kecacatannya.
Dalam melaksanakan intervensi konseling rehabilitasi, Patterson, DeLaGarza & Schaller (2004) menghimbau agar konselor berpegang pada tiga prinsip berikut ini:
1. Makna personal dari kecacatan berdampak besar terhadap respon individu terhadap kecacatannya.
2. Tidak ada dua individu yang merespon terhadap kecacatan dengan cara yang persis sama. Bahkan individu kembar dengan kebutaan bawaan, dibesarkan dalam keluarga yang sama, akan merespon terhadap kecacatanya itu secara berbeda.
3. Konselor rehabilitasi tidak boleh memasuki hubungan konseling dengan asumsi yang kaku tentang bagaimana seharusnya seorang individu merespon terhadap kecacatannya.
Kecacatan merupakan pengalaman khas individu, dan respon individu terhadap kecacartannya itu dipengaruhi oleh sejumlah factor. Vash (1981) mengelompokkan factor-faktor ini ke dalam tiga kategori sebagai berikut:
(a) factor personal,
(b) factor lingkungan,
dan
(c) hakikat kecacatan.
Bila ketiga factor ini dipertimbangkan secara kolektif, maka kita dapat memahami secara lebih baik mengapa respon terhadap kecacatan itu bersifat individual.
Baca selengkapnya
Dalam melaksanakan intervensi konseling rehabilitasi, Patterson, DeLaGarza & Schaller (2004) menghimbau agar konselor berpegang pada tiga prinsip berikut ini:
1. Makna personal dari kecacatan berdampak besar terhadap respon individu terhadap kecacatannya.
2. Tidak ada dua individu yang merespon terhadap kecacatan dengan cara yang persis sama. Bahkan individu kembar dengan kebutaan bawaan, dibesarkan dalam keluarga yang sama, akan merespon terhadap kecacatanya itu secara berbeda.
3. Konselor rehabilitasi tidak boleh memasuki hubungan konseling dengan asumsi yang kaku tentang bagaimana seharusnya seorang individu merespon terhadap kecacatannya.
Kecacatan merupakan pengalaman khas individu, dan respon individu terhadap kecacartannya itu dipengaruhi oleh sejumlah factor. Vash (1981) mengelompokkan factor-faktor ini ke dalam tiga kategori sebagai berikut:
(a) factor personal,
(b) factor lingkungan,
dan
(c) hakikat kecacatan.
Bila ketiga factor ini dipertimbangkan secara kolektif, maka kita dapat memahami secara lebih baik mengapa respon terhadap kecacatan itu bersifat individual.
Baca selengkapnya
<< Beranda