Buku Tamu



Anda adalah pengunjung ke
View My Stats

Silakan isi
  • Buku Tamu Saya
  • Lihat Buku Tamu




  • Jika anda meninggalkan pesan atau mengajukan pertanyaan yang memerlukan respon,
    respon saya dapat anda baca di
  • Comment




  • Google

    Daftar Isi

  • KESULITAN BELAJAR DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN
  • REORIENTASI PENDIDIKAN KHUSUS/PLB (SPECIAL EDUCATION) KE PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS (SPECIAL NEEDS EDUCATION) USAHA MENCAPAI PENDIDIKAN UNTUK SEMUA
  • Program Master Pendidikan Kebutuhan Khusus SPS
  • MENJANGKAU ANAK-ANAK YANG TERABAIKAN MELALUI PENDEKATAN INKLUSIF DALAM PENDIDIKAN
  • PEMBELAJARAN ANAK BERBAKAT
  • VYGOTSKY IN THE CLASSROOM: MEDIATED LETERACY INTRUCTION AND INTERVENTION
  • SUBJECTIVE PERCEPTIONS OF STRESS & COPING BY MOTHERS OF CHILDREN WITH INTELLECTUAL DISABILITY A NEEDS ASSESSMENT
  • Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya
  • Pendidikan Inklusif Ketika Hanya Ada Sedikit Sumber
  • Orientasi Ulang Pendidikan Tunagrahita dari Pendekatan Formal ke Pendekatan Fungsional
  • Definisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi
  • Landasan Filosofis Konseling Rehabilitasi
  • Pertimbangan-pertimbangan dalam Intervensi Konseling Rehabilitasi: Faktor Personal
  • Pertimbangan-pertimbangan dalam Intervensi Konseling Rehabilitasi: Faktor Lingkungan
  • Pertimbangan-pertimbangan dalam Intervensi Konseling Rehabilitasi: Hakikat Kecacatan
  • Bahasa dan Ketunagrahitaan
  • Pernyataan Salamanca
  • HAMBATAN BELAJAR DAN HAMBATAN PERKEMBANGAN PADA ANAK-ANAK TUNAGRAHITA
  • SUBJECTIVE PERCEPTIONS OF STRESS & COPING BY MOTHERS OF CHILDREN WITH INTELLECTUAL DISABILITY A NEED ASSESSMENT
  • HAMBATAN BELAJAR DAN HAMBATAN PERKEMBANGAN PADA ANAK YANG MENGALAMI KEHILANGAN FUNGSI PENDENGARAN
  • MEMAHAMI PERKEMBANGAN,HAMBATAN PERKEMBANGAN DAN HAMBATAN BELAJAR PADA ANAK
  • Orientasi Pendidikan Kebutuhan Khusus
  • PEMAHAMAN KONSEP PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS DAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
  • THE EFFECTS OF PRECISION TEACHING TECHNIQUES AND FUNTIONAL COMMUNICATION TRAINING ON BEHAVIOR PROBLEM FOR 12-YEAR OLD MALE WITH AUTISM
  • Daftar Cek Perkembangan Bahasa Anak Tunagrahita
  • Perkembangan Kognitif Anak Tunagrahita Menurut Teori Piaget
  • Program Master Pendidikan Kebutuhan Khusus
  • Pengajaran Bahasa Bagi Anak Tunagrahita
  • MODEL PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA MELALUI PENDEKATAN KONSELING




  • Senin, 26 Mei 2008

    PEMBELAJARAN ANAK BERBAKAT

    Siapa anak berbakat itu?

    Untuk menjelaskan siapa yang dimaksud dengan anak berbakat, dapat dilihat dari perspektif sejarah yang panjang. Dilihat dari perspektif sejarah, konsep anak berbakat dapat dilihat secara konservatif, yaitu hanya difokuskan kepada kemampuan intelektual tinggi yang diukur oleh tes inteligensi, menghasilkan indek disebut IQ. Menurut perspektif ini diasumsikan jumlahnya 1% dari populasi. Menurut perspektif konservatif , orang yang dikategorikan memiliki keberbakatan adalah mereka yang memiliki IQ antara 130-144 gifted, 145-159 highly gifted dan < 160 profoundly gifted.
    Menurut pendekatan yang lebih inklusif, yang dimaksud anak berbakat adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemampuan intelektual tinggi, tetapi juga memiliki kemampuan kreativitas, sosial-emosional dan motivasi (gifted) dan memiliki keunggulan dalam satu atau lebih bidang tertentu dalam musik, sastra, olahraga dsb (talented) sehingga mereka memerlukan layanan khusus dalam pendidikan.
    Keberbakatan yang saat ini dianut oleh banyak akhli di banyak negara adalah keberbakatan yang menganut perspektif yang lebih inklusif, karena keberbakatan bukan merupakan sesuatu yang tunggal (hanya menyakut intelektual), tetapi merupakan konsep majemuk.

    Karakteristik Siswa Berbakat
    Untuk memahami siswa berbakat, dapat diidentifikasi dari karakteristik yang sering muncul dalam bnetuk perilaku sebagai berikut:
    Karakteristik belajar
    • Belajar lebih cepat dan lebih mudah
    • Menyukai tugas dan tantangan yang kompleks
    • Mengetahu banyak hal dimana anak lainya tidak mengetahuinya
    • Memiliki kosa kata yang sangat maju, dan kemampuan berbahasa sangat baik
    • Sudah dapat membaca pada usia yang sangat awal
    • Terampil dalam memcahkan masalah
    • Sering mengajukan pertanyaan yang kritis dan tidak teerduga
    • Menunukkan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap banyak hal

    Karakteristik Motivasi
    • Persisten dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi minatnya
    • Senang mengerjakan tugas secara independen, hanya sedikit memerlukan pengarahan
    • Komitmen kuat pada tugas yang dipilihnya

    Karaktersitik Kreativitas
    • Sensitif terhadap estetika
    • Suka bereksperimen, sering menemukan cara baru dalam mengerjakan tugas
    • Spontan dalam mengekresikan rasa humor
    • Banyak ide ketika menghadapi tantangan/problem

    Kaarakteristik Sosial-emosional:
    • Memiliki rasa percaya diri yang kuat
    • Lebih menyukai teman yang lebih tua usianya dan memiliki kesamaan minat
    • Cenderung perpfeksionis
    • Mudah menyesuiakan diri pada situasi baru

    Kebutuhan Belajar Siswa Berbakat
    Merujuk kepada konsep keberbakatan yang menggunakan perspektif yang lebih inklusif dan bersifat majemuk serta karakteritik umum yang dapat diidentifikasi maka kebutuhan belajar siswa berbakat secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu: 1) kebutuhan dalam mengembangankan kemampuan intelektual dan kreatifitas, 2) kebutuhan dalam mengembangkan aspek sosial-emosional dan motivasi.
    Oleh karena itu pembelajaran bagi siswa berbakat seharusnya diarahkan untuk mengembangkan kedua hal tersebuat. Hal yang sering terabaikan dalam pembelajaran termasuk pembelajar siswa berbakat dalam hal pengembangan kreativitas dan sosial-emosional. Pembelajaran biasanya lebih banyak mengembangkan aspek intelektual. Hal ini dapat dimaklumi karena guru dalam melakukan pembelajaran sering terburu-buru dan kehabisan waktu untuk mengerjar terget kurikulum. Aspek kreativitas anak jarang tersentuh. Maka menjadi tidak mengherankan, jika pendidikan kita hanya menghasilkan siswa yang siap untuk ujian bukan siswa kreatif yang siap mengahadapi tantangan hidup.

    Strategi Pembelajaran yang Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif
    Dunia membutuhkan ilmuwan kreatif yang dapat menghasilkan solusi inovatif dalam memecahkan masalah. Disadari bahwa tidak semua siswa berbakat akan menjadi ilmuwan, tetapi mungkin akan menjadi pengusaha, pemimpin organisasi, pemimpin perusahaan dsb. Meskipun demikian berpikir kreatif itu sangat penting untuk semua bidang pekerjaan. Oleh karena itu sangat penting untuk menginisiasi keterampilan berpikir kreatif ke dalam pembelajaran.
    Sehubungan dengan itu proses belajar bersifat aktif dalam menciptakan dan mencipta kembali pengetahuan melalui tindakan dalam lingkungan, sehingga pengetahuan menjadi milik orang yang belajar. Belajar bukan menerima pengetahuan dari guru melainkan mengkonstruksi sendiri pengetahuan oleh yang belajar. Hirarki proses pembelajaran yang mengembangakan keterampilan berpikir kreatif dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut:

    Tabel 1. Hirarki Proses Pembelajaran yang Mengembangkan
    Ketermpilan Berpikir Kreatif
    Ket.Proses Dasar Ket. Proses Intermedit Ket.Proes Tinggi
    Mengobsevasi
    Membandingkan
    Mengklaifikasikan
    Mengukur
    Mengkomunikasikan Menarik Kesimpulan
    Memprediksi Merumuskan hipotesis
    Mendefinisikan dan mengontrol variable

    Guru dapat mengunakan atau menerapkan urutan hirarki pembelajaran ini pada mata pelajaran yang berbeda-beda.

    Memodifikasi Pelajaran, dan Memodifikasi Tugas-Tugas

    Modifikasi pelajaran dan modifikasi tugas-tugas yang dimaksud dalam tulisan ini adalah melakukan proses penyesuaian bahan pelajaran dengan kebutuhan belajar siswa, penyesuaian antara kecepatan belajar siswa dengan bahan pelajaran dan penyesuaian antara waktu yang tersedia dengan sumber-sumber yang tersedia. Sedangkan modifikasi dalam penjadwalan adalah memberikan kesempatan kepada siswa yang memiliki kemampuan tinggi untuk bekerja secara individual melalui belajar mandiri.

    Modifikasi Pelajaran
    Bahan pelajaran tidak disajikan dalam bentuk yang utuh, tetapi diawali oleh sebuah masalah yang bersifat terbuka, siswa menemukan sendiri konsep/pengetahuan yang utuh melalui proses belajar kreatif (lihat tabel 1.1). Proses belajar seperti ini memerlukan keterampilan berpikir seperti membandingkan, membuat sintesa, merumuskan hipotesis. Cara sseperti ini dapat pula meningkatkan kepekaan siswa terhapap keadaan yang sedang dihadapi saat ini.

    Modifikasi Tugas-Tugas
    Siswa berbakat sering merasa bosan dalam mengerjakan tugas-tugas karena mereka menganggap tidak relevan dan tidak ada sesuatu yang baru yang dapat dipelajari. Oleh karena itu tugas-tugas untuk siswa yang mempunyai kemampuan tinggi diberikan dalam bentuk project work, baik individual project work maupun group project work, yang berhubgungan dengan pelajaran tertentu atau tugas yang berdiri sendiri. Tugas-tugas dalam bentuk projek work bersifat pemecahan masalah yang menantang. Tugas tidak diberikan dalam bentuk penyelesaian soal-soal yang bersifat tradisional.







    Referensi
    Bloom, B. S., Engelhart, M. D., Furst, E. J., Hill, W. H., & Krathwohl, D. R. (1956). Taxonomy of educational objectives. Handbook I: Cognitive domain. New York: Longmans Green.
    Charlesworth, R., & Lind, K. K. (1995). Math and science for young children (2nd ed.). Albany, NY: Delmar.
    Meador, K. S. (1997). Creative thinking and problem solving for young learners. Englewood, CO: Teacher Ideas Press.
    Ostlund, K. L. (1992). Science process skills: Assessing hands-on student performance. New York: Addison-Wesley.
    Torrance, E. P. (1979). The search for satori & creativity. Buffalo, NY: Creative Education Foundation.
    Weisberg, R. W. (1986). Creativity: Genius and other myths. New York: Freeman

    Label:

    :)

    Anda ingin mencari artikel lain? Silakan isi formulir pencarian di bawah ini. :)
    Google
  • Kembali ke Halaman Depan