Buku Tamu



Anda adalah pengunjung ke
View My Stats

Silakan isi
  • Buku Tamu Saya
  • Lihat Buku Tamu




  • Jika anda meninggalkan pesan atau mengajukan pertanyaan yang memerlukan respon,
    respon saya dapat anda baca di
  • Comment




  • Google

    Daftar Isi

  • KESULITAN BELAJAR DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN
  • REORIENTASI PENDIDIKAN KHUSUS/PLB (SPECIAL EDUCATION) KE PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS (SPECIAL NEEDS EDUCATION) USAHA MENCAPAI PENDIDIKAN UNTUK SEMUA
  • Program Master Pendidikan Kebutuhan Khusus SPS
  • MENJANGKAU ANAK-ANAK YANG TERABAIKAN MELALUI PENDEKATAN INKLUSIF DALAM PENDIDIKAN
  • PEMBELAJARAN ANAK BERBAKAT
  • VYGOTSKY IN THE CLASSROOM: MEDIATED LETERACY INTRUCTION AND INTERVENTION
  • SUBJECTIVE PERCEPTIONS OF STRESS & COPING BY MOTHERS OF CHILDREN WITH INTELLECTUAL DISABILITY A NEEDS ASSESSMENT
  • Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya
  • Pendidikan Inklusif Ketika Hanya Ada Sedikit Sumber
  • Orientasi Ulang Pendidikan Tunagrahita dari Pendekatan Formal ke Pendekatan Fungsional
  • Definisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi
  • Landasan Filosofis Konseling Rehabilitasi
  • Pertimbangan-pertimbangan dalam Intervensi Konseling Rehabilitasi: Faktor Personal
  • Pertimbangan-pertimbangan dalam Intervensi Konseling Rehabilitasi: Faktor Lingkungan
  • Pertimbangan-pertimbangan dalam Intervensi Konseling Rehabilitasi: Hakikat Kecacatan
  • Bahasa dan Ketunagrahitaan
  • Pernyataan Salamanca
  • HAMBATAN BELAJAR DAN HAMBATAN PERKEMBANGAN PADA ANAK-ANAK TUNAGRAHITA
  • SUBJECTIVE PERCEPTIONS OF STRESS & COPING BY MOTHERS OF CHILDREN WITH INTELLECTUAL DISABILITY A NEED ASSESSMENT
  • HAMBATAN BELAJAR DAN HAMBATAN PERKEMBANGAN PADA ANAK YANG MENGALAMI KEHILANGAN FUNGSI PENDENGARAN
  • MEMAHAMI PERKEMBANGAN,HAMBATAN PERKEMBANGAN DAN HAMBATAN BELAJAR PADA ANAK
  • Orientasi Pendidikan Kebutuhan Khusus
  • PEMAHAMAN KONSEP PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS DAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
  • THE EFFECTS OF PRECISION TEACHING TECHNIQUES AND FUNTIONAL COMMUNICATION TRAINING ON BEHAVIOR PROBLEM FOR 12-YEAR OLD MALE WITH AUTISM
  • Daftar Cek Perkembangan Bahasa Anak Tunagrahita
  • Perkembangan Kognitif Anak Tunagrahita Menurut Teori Piaget
  • Program Master Pendidikan Kebutuhan Khusus
  • Pengajaran Bahasa Bagi Anak Tunagrahita
  • MODEL PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA MELALUI PENDEKATAN KONSELING




  • Selasa, 23 Maret 2010

    Program Master Pendidikan Kebutuhan Khusus SPS

    Ahsan Romadlon Junaidi
    Guru SLB Pembina Malang Jawa Timur

    Usaha untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas bagi semua anak telah menjadi kesadaran masyarakat dunia. Usaha ini didasarkan pada hak anak untuk memperoleh pendidikan yang layak. Untuk mencapai tujuan pendidikan untuk semua, strategi yang dipilih adalah dengan menyelenggarakan sistem pendidikan yang inklusif. Hal ini dikarenakan pendidikan inklusif memberi kesempatan yang sangat luas bagi semua anak untuk memperoleh pendidikan di sekolah yang terdekat dengan tempat tinggalnya, termasuk di dalamnya anak yang mempunyai kebutuhan khusus. Salahsatu implikasi dari usaha menuju pendidikan inklusif adalah pergeseran pelaksanaan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dari sistem pendidikan segregatif menuju sistem pendidikan inklusif.
    Di Indonesia, di tahun 2000-an program untuk mengembangkan sekolah yang inklusif mulai dilakukan. Untuk mendukung pergerakan menuju pendidikan inklusif, salahsatunya adalah dengan dibukanya program master pendidikan kebutuhan khusus di UPI Bandung. Program master ini dibuka untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia untuk mendukung pergerakan menuju pendidikan inklusif. Guru-guru SLB mendapat prioritas untuk terlibat menjadi mahasiswa dalam program master pendidikan kebutuhan khusus. Tahun 2005 ini, angkatan pertama mahasiswa program master pendidikan kebutuhan khusus telah menyelesaikan masa studinya.
    Penulis, yang merupakan salah satu mahasiswa angkatan pertama, dalam kesempatan ini ingin menyampaikan pandangan tentang keberadaan program master pendidikan kebutuhan khusus ini. Pertanyaan yang yang hendak dijawab berkaitan dengan keberadaan program master pendidikan kebutuhan khusus di UPI dalam perspektif mahasiswa, adalah: (1) bagaimana pergeseran pemahaman tentang pendidikan luar biasa (pendidikan kebutuhan khusus) yang dialami mahasiswa?; (2) bagaimana pendapat mahasiswa tentang kontribusi program master terhadap pekerjaan mereka?; (3) bagaimana pendapat mahasiswa tentang program master dalam konteks gerakan menuju pendidikan inklusif di Indonesia?;
    Untuk menjawab ketiga pertanyaan tersebut, penulis melakukan wawancara dengan empat mahasiswa angkatan 2003. Dua mahasiswa (#1, #3) mempunyai pengalaman mengajar sebagai guru SLB kurang dari lima tahun, dua mahasiswa lainnya (#2, #4) mempunyai pengalaman mengajar sebagai guru SLB selama sepuluh tahun lebih. Informasi yang diperoleh dideskripsikan sebagai berikut.

    Pergeseran Pemahaman
    Pergeseran pemahaman tentang bendidikan kebutuhan khusus yang dialami mahasiswa dideskripsikan sebagai berikut.
    #1: Aku dulu memahami bahawa anak berkebutuhan khusus itu sekolahnya hanya di SLB, secara segregatif. Sekarang ini aku memahami bahwa sebaiknya anak berkebutuhan khusus bersekolah di sekolah yang inklusif, di sekolah reguler.
    #2: Pergeseran pengetahuan ini (pendidikan kebutuhan khusus) sudah saya rasakan setelah saya ikut program Level. Sebelumnya saya memahami bahwa anak luar biasa itu hanya yang ada di SLB dan bersekolah di SLB. Setelah Level, saya memahami bahwa ALB (anak luar biasa) dapat belajar di sekolah umum. Dengan cara ini masih ada masalah. Setelah mengikuti program master di UPI saya memahami tidak hanya ALB tetapi juga ABK (anak berkebutuhan khusus). Saya memahami bahwa kalau ABK ini sekolah di sekolah reguler sejak dini maka harus ada guru khusus, misalnya untuk mengenalkan braille bagi anak tunanetra. Kalau tidak sejak dini, maka ABK perlu dipersiapkan dulu di SLB atau di pusat sumber. Hal ini juga tergantung jenis kecacatannya. Misalnya tuna netra perlu dipersiapkan dengan Braille, tuna rungu dipersiapkan dengan lips reading.
    #3: Sebelum mengikuti program master, PLB (pendidikan luar biasa) terlihat sangat sempit, berkutat pada SLB, panti, dan BLK (balai latihan kerja). Setelah mengikuti program master, saya pahami ternyata untuk memandirikan ALB /ABK tidak cukup dengan mendidik/melatih mereka dengan cara yang segregatif. Kemandirian ABKdapat terpenuhi ketika lingkungan (masyarakat) menganggap ABK sebagai bagian dari masyarakat. Bukan saja ABK yang harus menyesuaikan dengan lingkungan, tetapi lingkungan juga harus menyesuaikan dengan ABK.
    #4: pergeseran yang aku alami tidak terlalu banyak, sebelumnya aku sudah mendapatkan pengalaman, dan menyaksikan di Norway. Di program master ini pemahaman saya tentang pendidikan kebutuhan khusus menjadi lebih mendalam dan luas. Sekarang saya memahami langkah-langkah yang sistematik dalam membantu ABK.
    Berdasarkan deskripsi dari keempat mahasiswa di atas, dapat diketahui pergeseran pemahaman yang mereka alami adalah sebagai berikut. Pertama, sistem pendidikan, dari sistem pendidikan segregatif menuju sistem pendidikan inklusif. Kedua, penyelenggara pendidikan kebutuhan khusus, dari lembaga khusus (SLB, Panti, BLK) menuju lembaga umum (reguler). Ketiga, peserta didik, dari konsep ALB (anak luar biasa atau anak cacat) menuju ABK (anak berkebutuhan khusus). Keempat, fungsi SLB, dari sekolah khusus menuju pusat sumber. Kelima, peran guru SLB, dari guru khusus di SLB menjadi guru khusus di sekolah reguler. Keenam, proses penyesuaian, dari ABK yang harus menyesuaikan dengan lingkungan (masyarakat) menuju lingkungan (masyarakat) juga harus menyesuaikan dengan ABK. Ketujuh, bantuan kepada ABK, dari bantuan yang kurang sistematis menuju bantuan yang lebih sistematis.
    Kontribusi terhadap Pekerjaan
    Pekerjaan yang dimiliki mahasiswa program master pendidikan kebutuhan khusus angkatan 2003, dari 15 mahasiswa, hanya satu yang tidak menjadi guru di SLB. Satu mahasiswa tersebut bekerja sebagai pengawas di dinas pendidikan kabupaten. Pekerjaan yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah profesi guru. Berikut deskripsi pendapat keempat informan tentang kontribusi program master pendidikan kebutuhan khusus UPI Bandung terhadap pekerjaan mereka sebagai guru.

    #1: aku menjadi mengetahui konsep-konsep untuk meningkatkan pendidikan bagi ABK, misalanya intervensi dini. Lebih detilnya, bagaimana melaksanakan belum aku dapat, harus belajar sendiri.
    #2: aku lebih mengetahui bagaimana seharusnya pengajaran yang sesuai untuk ABK, misalnya sejak awal penerimaan siswa dibutuhkan asesmen, dibutuhkannya modifikasi kurikulum. Apa yang saya butuhkan terpenuhi di program master ini. Secara pengalaman aku sudah punya, yang aku butuhkan dari program master ini adalah teori. Aku sudah mengajar di SLB selama 21 tahun.
    #3: dalam konteks pekerjaan saya sebagai guru, dimana sistemnya masih segregatif seperti sekarang ini, manfaat yang saya peroleh setelah mengikuti program master adalah menyelenggarakan pengajaran pada kelas yang menjadi tanggungjawab saya secara lebih individual. Artinya, bagaimana setiap ABK yang berada dalam kelas saya dapat terlayani sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Sambil berjalan, saya akan mengembangkan ke sekolah (SD) reguler, tentang pendidikan/pengajaran ABK yang secara alamiah sudah ada di sekolah reguler tersebut. Pengembangan ini akan saya lakukan meskipun tidak ada tugas secara formal dari lembaga. Ini merupakan tugas saya sebagai guru, guru tidak hanya pengajar, guru adalah pendidik. Ini adalah tugas kehidupan seorang guru.
    #4: Saya menjadi percaya diri karena menjadi lebih tahu tentang pendidikan kebutuhan khusus. Karena saya bertugas di SLB yang menjadi center, dengan pengalaman di program master ini, saya ingin mengembangkan center (pusat sumber).
    Berdasarkan deskripsi tentang kontribusi mengikuti program master pendidikan kebutuhan khusus di UPI Bandung terhadap pekerjaan mahasiswa di atas, dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, mereka mendapatkan teori atau konsep pendidikan kebutuhan khusus yang menjadi dasar mereka menjalankan pekerjaan mereka sebagai guru. Kedua, lebih tehnis, mereka juga mendapat pengetahuan tentang intervensi dini, modifikasi kurikulum, asesmen, dan pengajaran individual. Pengetahuan-pengetahuan ini akan mereka gunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi ABK. Ketiga, mereka menjadi percaya diri dalam menjalankan profesi mereka sebagai guru. Keempat, mereka mendapat pencerahan tentang pendidikan inklusif, dan menyadari bahwa mengusahakan pendidikan agar lebih inklusif merupakan “tugas kehidupan” seorang guru.
    Program Master dan Pergerakan Menuju Pendidikan Inklusif
    Gerakan menuju pendidikan inklusif merupakan upaya inovasi dalam sistem pendidikan di Indonesia, terutama untuk mensukseskan program wajib belajar sembilan tahun. Salah satunya, dalam konteks inilah program master pendidikan kebutuhan khusus UPI Bandung mempunyai peranan. Berikut akan dideskripsikan pendapat mahasiswa tentang program master pendidikan kebutuhan khusus dalam konteks gerakan nasional untuk menuju pendidikan inklusif.

    #1: Di program master ini aku mengetahui konsep-konsep pendidikan inklusif, tetapi pengetahuan untuk menerapkan pendidikan inklusif masih sangat kurang.

    #2: Program master ini memberi dukungan pada usaha mewujudkan pendidikan inklusif. Pengetahuan yang utuh dan menyeluruh tentang pendidikan inklusif yang diperoleh dari program master akan membantu nantinya mencari solusi-solusi di lapangan. Dengan status kita sebagai magister pendidikan kebutuhan khusus, suara kita akan lebih didengar, dibandingkan kita hanya semata-mata sebagai guru. Dengan lulus dari program master ini kita dianggap sebagai expert atau ahli dibidang pendidikan kebutuhan khusus.

    #3: Saya menyadari, program master ini, merupakan satu partikel, dari banyak partikel lain dalam pergerakan menuju pendidikan inklusif di Indonesia. Program master ini mempersiapkan SDM (sumberdaya manusia) sebagai pionir-pionir untuk menyebarluaskan konsep pendidikan inklusif ke seantero Indonesia.
    Tantangan besar menuju pendidikan inklusif adalah keragaman budaya Indonesia, karenanya dibutuhkan setrategi yang tepat dalam setiap budaya. Program master ini yang berada dalam konteks budaya Indonesia, lebih bisa menyadari tantangan budaya ini. Lebih lanjut menyadari pula strategi apa yang sebaiknya digunakan, yaitu dengan pendekatan bottom-up.
    #4: Program master ini, mempercepat pergerakan menuju pendidikan inklusif. Hambatan usaha menuju pendidikan inklusif adalah sistem pendidikan yang kompetitif, sehingga ABK tidak terperhatikan. Dengan SDM yang telah disiapkan di program master ini, proses sosialisasi, penyadaran dan membangun jaringan kerja untuk mewujudkan sekolah yang inklusif, dapat lebih dipercepat.
    Berdasarkan deskripsi tersebut, daiketahui bahwa program master pendidikan kebutuhan khusus di UPI Bandung berperan mempersiapkan SDM dari yang nantinya tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Pionir-pionir yang telah dipersiapkan ini akan menyebarluaskan dan mengkampanyekan pendidikan inklusif. Dengan demikian dalam konteks nasional gerakan wajib belajar sembilan tahun, yang salah satu strateginya adalah dengan pendidikan inklusif, program master pendidikan kebutuhan khusus di UPI Bandung mengambil peranan yang sangat penting.
    Posisi penting ini dilihat dari dua hal. Pertama, sebaran mahasiswa yang hampir merata di seluruh wilayah Indonesia. Kedua, pendidikan kebutuhan khusus sebagai brand atau merek dari program master ini, membuka cakrawala pengetahuan tentang anak-anak yang selama ini terpingggirkan dalam sistem pendidikan yang segregatif. Pengkajian secara akademis tentang anak berkebutuhan khusus, membawa pencerahan tentang kelompok anak yang selama ini kurang mendapat akses pendidikan. Karena pada dasarnya gerakan nasional wajib belajar sembilan tahun adalah usaha nasional untuk memberikan hak pendidikan kepada semua anak, termasuk anak berkebutuhan khusus.

    Sebagai kesimpulan, program master pendidikan kebutuhan khusus UPI Bandung - dalam perspektif mahasiswa, dilihat dalam tiga hal. Pertama, program master ini membawa pergeseran pemahaman pada diri mahasiswa tentang pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dari sistem pendidikan segregatif menuju sistem pendidikan inklusif. Kedua, program master ini memberikan kontribusi terhadap pekerjaan mahasiswa sebagai guru. Kontribusi ini jenisnya beragam sesuai dengan pengalaman kerja dan posisi yang sudah mereka miliki. Ketiga, program master ini memberi dukungan untuk mensukseskan gerakan nasional wajib belajar sembilan tahun. Dukungan ini melalui penyebaran pionir-pionir penggerak menuju pendidikan inklusif, terutama bagi anak berkebutuhan khusus.

    Label:

    :)

    Anda ingin mencari artikel lain? Silakan isi formulir pencarian di bawah ini. :)
    Google
  • Kembali ke Halaman Depan